Kelahiran di Jepang cenderung menurun. Tingkat kelahiran nyatanya banyak melambat di beberapa negara. Beberapa penyebabnya karena faktor-faktor seperti kenaikan biaya hidup, lebih banyak wanita memasuki dunia kerja dan orang memilih untuk memiliki anak nanti.
Upaya Jepang sebelumnya untuk mendorong orang agar memiliki lebih banyak bayi memiliki dampak yang terbatas. Padahal telah diberikan subsidi untuk kehamilan, persalinan, dan pengasuhan anak.
Baca juga: Teori Malthus tentang Kependudukan
Beberapa ahli mengatakan subsidi pemerintah masih cenderung menyasar orang tua yang sudah memiliki anak. Hal tersebut membuat kaum muda enggan memulai keluarga.
Alasan Rendahnya Kelahiran di Jepang
Hampir tiga dari empat wanita pekerja di Jepang meyakini penurunan angka kelahiran saat ini sebenarnya dipicu oleh tingginya biaya mengasuh anak.
Survei Shufu Job Soken menemukan bahwa 74,2% dari 554 wanita mengaku membesarkan anak butuh uang yang terlalu banyak.
Temuan survei tersebut juga menyebutkan 64,3% responden mengaku bahwa beban mengasuh anak secara tidak proporsional dibebankan pada perempuan. Hal tersebut juga berpengaruh besar pada keinginan wanita Jepang untuk memiliki anak.
National Institute of Population and Social Security Research belum lama ini memperkirakan bahwa populasi Jepang akan turun di bawah 100 juta pada tahun 2056.
Salah satu strategi untuk mengatasi masalah ini adalah memberikan tunjangan untuk warganya yang mau punya anak.
Baca juga: Cara Menghitung Angka Kelahiran
Tunjangan pemerintah bagi ibu melahirkan yang sebelumnya 420 ribu yen (Rp 44,7 juta) dinaikkan menjadi 500 ribu yen (Rp 53,3 juta).
Selain meningkatkan tunjangan, pemerintah dinilai harus bisa meningkatkan kualitas tempat kerja yang ramah untuk mengasuh anak.