Depresi postpartum atau postpartum depression adalah depresi yang terjadi setelah melahirkan. Ada yang menganggap postpartum depression sama dengan baby blues, tetapi anggapan itu tidak benar.
Baby blues merupakan perubahan emosi (mood swing) yang umumnya menyebabkan sang ibu menangis terus-menerus, cemas, hingga sulit tidur selama beberapa hari bahkan sampai 2 minggu setelah bayi lahir.
Baca juga: Pencegahan Anemia pada Ibu Hamil : Cegah Risikonya!
Sedangkan depresi postpartum disebut lebih parah dibandingkan dengan baby blues. Masalah kesehatan mental tersebut membuat penderita merasa putus harapan, merasa tidak menjadi ibu yang baik, sampai tidak mau mengurus anak.
Apa Penyebab Depresi Postpartum?
Depresi postpartum disebabkan oleh ketidakseimbangan zat kimia di otak dan dialami oleh 10% ibu yang melahirkan. Tetapi penyebabnya bukan oleh satu faktor saja. Biasanya kondisi ini disebabkan oleh kombinasi faktor fisik dan emosional.
Setelah melahirkan, kadar hormon estrogen dan progesteron dalam tubuh ibu akan turun drastis. Hal ini menyebabkan terjadi perubahan kimia di otak yang memicu terjadinya perubahan suasana hati.
Selain itu, kegiatan mengasuh bayi membuat ibu tidak dapat beristirahat dengan cukup untuk memulihkan dirinya setelah melahirkan.
Akibatnya, kurang istirahat dapat menimbulkan kelelahan, baik secara fisik maupun emosional, hingga akhirnya memicu depresi pasca melahirkan.
Beberapa faktor lain yang dapat meningkatkan risiko seseorang ibu mengalami depresi postpartum adalah:
Baca juga: Suntik Vitamin K untuk Bayi Baru Lahir, Pentingkah?
- Memiliki anggota keluarga yang menderita depresi
- Pernah menderita depresi sebelum atau selama hamil
- Mengalami kesulitan menyusui anak
- Usia muda dan memiliki banyak anak
- Menderita gangguan bipolar
- Riwayat penyalahgunaan NAPZA
Penurunan hormon yang terjadi secara tiba-tiba tersebut diduga menjadi penyebab utama masalah kesehatan mental pada ibu setelah melahirkan ini.
Nyatanya, perubahan hormon ini mirip dengan naik turunnya hormon sebelum terjadinya menstruasi. Hanya saja, postpartum depression melibatkan perubahan hormon dalam kadar yang jauh lebih cepat dan ekstrem.